April 30, 2009

Komunikasi Massa II

Pada salah satu edisinya, Republika memuat laporan mendalam tentang diadukannya ke polisi seorang tokoh muslim yaitu Presiden PKS Tifatul Sembiring, terkait dengan pelanggaran kampanye Pemilu lebih awal dalam anti Israel atas serangan ke Jalur Gaza, dengan sudut pandang membela Tifatul. Sementara pada hari yang sama suara Pembaruan memuat tentang dukungan yang kuat terhadap upaya pembentukan Propinsi Tapanuli (Protap) yang dimotori tokoh-tokoh Kristen suku Batak. Jelaskan mengapa demikian ( dengan pendekatan teori “Agenda Setting ).

Jawab :

a. Partai Keadilan Sejahtera yang merupakan salah satu partai politik berbasis Islam melaksanakn demo anti Israel karena Israel pada saat itu Israel melakukan serangan besar-besaran ke jalur Gaza Palestina dengan alasan menyerang Hamas yang bersembunyi di jalur Gaja dan sekitar Palestina. Demo tersebut dilakukan PKS yang dimotori oleh Tifatul Sembiring dan saat itu sebagian besar media massa memberitakan penyerangan Israel secara biadab tersebut sehingga menimbilkan aksi solidaritas yang dilakukan oleh beberapa lembaga Islam atau organisasi kemasyarakatan, pada saat demo berlangsung, PKS melakukan demo tersebut dengan membawa atribut partai, hal ini oleh dipandang pihak KPU sebagai pelanggaran pemilu karena dikatagorikan melakukan kampanye lebih awal di luar ketentuan yang telah ditetapkan. Pada saat itu koran Republika menyajikan pemberitaan. Saat berita media massa memojokkan Tifatul Sembiring, hadir Republika dengan membela Tifatul Sembiring, karena dapat dipahami sikap Republika tersebut sebagai refresentatif perasaan umat muslim Indonesia yang terluka dan mengecam tindakan Israel menyerang Palestina. Hal ini sejalan dengan ideologi islam yang dianut oleh PKS dan koran Republika yang membawa misi agam islam.
b. Koran suara pembaharuan saat itu memberitakan dan menyajikan berita masalah masyarakat batak Tapanuli melakukan demo di Gedung DPRD Sumatera Utara dengan kecendrungan pemberitaan mendukung dan membela demo tersebut, hal ini dapat dimaklumi karen surat kabar Suara Pembaruan merupakan surat kabar yang memiliki persamaan kepentingan yaitu pendiri dan redakturnya merupakan suku Batak dan sebagian besar beragama Nasrani sehingga ada persamaan yang dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan golongan, kejadian yang terjadi pada saat itu adalah sekitar seribuan pendukung Pemekaran Propinsi


Tapanuli (Protap) yang kebanyakan terdiri dari kalangan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa ke gedung DPRD Sumutera Utara selasa pagi sekitar pukul 10:30.Kehadiran para pengunjuk rasa di Gedung DPRD sumutera Utara sepertinya tidak begitu dikawal banyak aparat keamanan dari pihak kepolisian. Massa yang mendatangi Gedung DRPD Sumut pada saat berlangsungnya Rapat Paripurna dengan agenda pembahasan Ranperda Pengelolaan Keuangan Daerah .Berhasil menerobos barikade polisi yang sedang melakukan penjagaan dengan mudah,dengan membawa sebuah Peti mati serta spanduk-spanduk yang pada intinya menyatakan dukungan terhadap pembentukan Provinsi Tapanuli menghiasi kericuhan yang diciptakan massa pro Pembentukan Propinsi Tapanuli di dalam ruang sidang paripurna. Sungguh sangat disayangkan sekali aksi unjuk rasa yang dilakukan massa pendukung Pro Pembentukan Propinsi Tapanuli berlangsung dengan sangat anarkhis sehingga menewaskan Ketua DPRD SU Bapak Azis Angkat, dalam hal ini ternyata ada hubungan antara media massa yaitu koran Suara Pembaruan dengan dampak yang diakibatkan dengan para khalayaknya. Media massa setidaknya menjadi sumber komunikasi. Dampak media massa lebih dilihat sebagai dampak kognitif kepada masyarakat. Khalayak sendiri merupakan komunikan yang mengkonsumsi hasil rekonstruksi realitas yang dibikin oleh media massa. Media massa pemberitaan diyakini oleh banyak orang (termasuk banyak pembuat keputusan) sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya. Dengan kata lain, bahwa media massa mempunyai potensi untuk mempengaruhi opini atau agenda publik melalui proses priming dan framing yang dilakukan oleh media massa dalam hal ini pemberitaan yang dibuat. Pemberitaan adalah hasil atau output dari agenda yang dibuat oleh para awak media. Tentu saja, terdapat interaksi antara media massa dengan publiknya terlebih dahulu. Agenda media yang diterjemahkan oleh para redaksi dan wartawan tersebut “disuntikkan” kepada khalayak yang pada akhirnya sedemikian rupa membentuk agenda publik.


Free Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Cars Picture. Powered by Blogger